Monday 5 October 2015

Yamaha YZF-R1 2009 Cross Plane Crankshaft



Majority up date Yamaha YZF-R1 2009
 Cross plane crankshaft 



Sebuah Sports bike tidak hanya bergantung  pada seberapa besar out put power yang dimiliki, dan  yang tidak kalah penting adalah bagaimana sebuah sports bike memiliki kemampuan keluar masuk tikungan yang baik. Jika sebuah sportbike ditingkatkan kemampuan menikungnya, mungkin hal pertama yang harus dilakukan adalah merubah total konsep motor sebelumnya.  Mari kita menganalisa  apa yang dilakukan YAMAHA pada YZF-R1nya.  



Pertama, kunci pada superioritas nikung adalah distribusi berat yang seimbang (optimal balance) antara ban depan dan belakang kemudian disempurnakan dengan memperpendek wheelbase. Kombinasi kedua cara tersebut membuat tampilan YZF-R1 sangat kompak. Bentuk R1 keluaran tahun 09  sangat unik dan berbeda dengan generasi-generasi R1 sebelumnya yang menggunakan bentuk stream line.  Silahkan dibandingkan,..







Setelah menyesuakan bagian eksterior kemudian lanjut ke bagian mesin. Pada dasarnya YZF-R1 2009 menggunakan konfigurasi mesin 4 silinder segaris namun ada sedikit perbedaan dibagian crankshaft pin yang masing-masing berada di posisi  180 ̊, 90 ̊ 270 ̊ dan 360 ̊. Coba bandingkan dengan flat plane crankshaft posisi dua pin-nya ada pada 180 ̊ dan 360 ̊.


 Apa yang terjadi selanjutnya??,..  Begini, ketika pengendar memutar trotle, mesin menghasilkan output torsi atau disebut torsi komposit. Torsi komposit  yang dihasilkan mesin ini merupakan gabungan dari torsi ruang bakar (combustion torque) dan torsi inersia (inertial torque). Torsi ruang bakar dihasilkan dari gerakan naik turun piston didalam ruang bakar. Sedangkan torsi inersia dihasilkan dari gerakan memutar  crankshaft. Neh? Menjelimet kan,,..  bayangkan gerakan senam otak, ketika  satu tangan gerak maju mundur sedangkan tangan yang lain muter???,..



 Pada mesin flat in-line 4 adalah, ketika dalam grafik pengendara menginginkan pergerakan torsi ruang bakar  melalui bukaan gas yang pelan, justru torsi inersia tumbuh jauh semakin membesar. Sehingga  torsi inertial tidak bisa dikontrol. Sebenarnya yang terjadi adalah ketika diperlambat,  gerakan crankshaft memiliki titik cepat pada sudut puncak 360 ̊dan sudut bawah 180 ̊ dan titik lambat pada sudut 90 ̊dan 270 ̊.



Perbedaan kecepatan pada tiap sudut putar ini seperti yang ditunjukan grafik, torsi komposit tidak sesuai dengan torsi ruang bakar. Sehingga berimbas pada control torsi yang tidak linier dengan bukaan gas yang diinginan sang pengendara.


Solusinya adalah crosplane crankshaft dengan cara merubah susunan tiap pin crankshaft sebanyak 90 ̊ dan fluktuasi rotasi crankshaft di eliminasi.

Sesuai grafik fluktuasi gerakan inertial torque hampir seluruya dihilangkan  dan combustion torque hampir sesuai dengan composite torque . Atau dengan kata lain sang rider mendapatkan linier power delivery dan traksi sesuai dengan control bukaan gas .

Hasilnya??,.. karakter suara mesin in-line 4 yang merdu hilang. Suara mesinnya jadi terdengar lebih serak dan kasar, hampir mirip suara mesin Ducati. Di ajang World Superbike dengan mesin cross plane nya Yamaha berhasil menjuarai kompetisi world superbike pada tahun 2009 oleh Ben Spies dibawah naungan Yamaha World Superbike team setelah hampir 21 tahun.


Ben, ama temenya  Tom Sykes,..



Tahun 2015 Yamaha memperkenalkan r1 terbaru yang masih menggunakan cross plane namun,  yang membingungkan disini adalah, desainnya menurut saya justru kembali pada era R1 tahu 2007??,.. Yamaha mengklaim desainya merupakan adaptasi dari teknologi YZR-M1 sang kakak dari MotoGP dan pertanyaanya adalah mampukah adopsi teknologi motogp bersaing di World superbike ?  kita lihat saja,..





No comments:

Post a Comment