Majority up date Yamaha YZF-R1 2009
Cross
plane crankshaft
Sebuah Sports bike
tidak hanya bergantung pada seberapa besar
out put power yang dimiliki, dan yang
tidak kalah penting adalah bagaimana sebuah sports bike memiliki kemampuan
keluar masuk tikungan yang baik. Jika sebuah sportbike ditingkatkan kemampuan
menikungnya, mungkin hal pertama yang harus dilakukan adalah merubah total
konsep motor sebelumnya. Mari kita
menganalisa apa yang dilakukan YAMAHA
pada YZF-R1nya.
Pertama, kunci
pada superioritas nikung adalah distribusi berat yang seimbang (optimal balance) antara ban depan dan
belakang kemudian disempurnakan dengan memperpendek wheelbase. Kombinasi kedua
cara tersebut membuat tampilan YZF-R1 sangat kompak. Bentuk R1 keluaran tahun
09 sangat unik dan berbeda dengan
generasi-generasi R1 sebelumnya yang menggunakan bentuk stream line. Silahkan dibandingkan,..
Setelah
menyesuakan bagian eksterior kemudian lanjut ke bagian mesin. Pada dasarnya
YZF-R1 2009 menggunakan konfigurasi mesin 4 silinder segaris namun ada sedikit
perbedaan dibagian crankshaft pin yang masing-masing berada di posisi 180 ̊, 90 ̊ 270 ̊ dan 360 ̊. Coba bandingkan
dengan flat plane crankshaft posisi dua pin-nya ada pada 180 ̊ dan 360 ̊.
Apa yang terjadi selanjutnya??,.. Begini, ketika pengendar memutar trotle,
mesin menghasilkan output torsi atau disebut torsi komposit. Torsi komposit yang dihasilkan mesin ini merupakan gabungan
dari torsi ruang bakar (combustion torque) dan torsi inersia (inertial torque).
Torsi ruang bakar dihasilkan dari gerakan naik turun piston didalam ruang bakar.
Sedangkan torsi inersia dihasilkan dari gerakan memutar crankshaft. Neh? Menjelimet kan,,.. bayangkan gerakan senam otak, ketika satu tangan gerak maju mundur sedangkan
tangan yang lain muter???,..
Pada mesin flat in-line 4 adalah, ketika dalam
grafik pengendara menginginkan pergerakan torsi ruang bakar melalui bukaan gas yang pelan, justru torsi
inersia tumbuh jauh semakin membesar. Sehingga
torsi inertial tidak bisa dikontrol. Sebenarnya yang terjadi adalah ketika
diperlambat, gerakan crankshaft memiliki
titik cepat pada sudut puncak 360 ̊dan
sudut bawah 180 ̊ dan titik lambat pada sudut 90 ̊dan 270 ̊.
Perbedaan kecepatan pada tiap sudut
putar ini seperti yang ditunjukan grafik, torsi komposit tidak sesuai dengan torsi
ruang bakar. Sehingga berimbas pada control torsi yang tidak linier dengan bukaan
gas yang diinginan sang pengendara.
Solusinya adalah crosplane crankshaft
dengan cara merubah susunan tiap pin crankshaft sebanyak 90 ̊ dan fluktuasi rotasi crankshaft di eliminasi.
Sesuai grafik fluktuasi gerakan inertial
torque hampir seluruya dihilangkan dan
combustion torque hampir sesuai dengan composite torque . Atau dengan kata lain
sang rider mendapatkan linier power delivery dan traksi sesuai dengan control
bukaan gas .
Hasilnya??,.. karakter suara mesin
in-line 4 yang merdu hilang. Suara mesinnya jadi terdengar lebih serak dan
kasar, hampir mirip suara mesin Ducati. Di ajang World Superbike dengan mesin
cross plane nya Yamaha berhasil menjuarai kompetisi world superbike pada tahun
2009 oleh Ben Spies dibawah naungan Yamaha World Superbike team setelah hampir
21 tahun.
Ben, ama temenya Tom Sykes,..
Tahun 2015 Yamaha memperkenalkan r1 terbaru yang masih
menggunakan cross plane namun, yang
membingungkan disini adalah, desainnya menurut saya justru kembali pada era R1
tahu 2007??,.. Yamaha mengklaim desainya merupakan adaptasi dari teknologi
YZR-M1 sang kakak dari MotoGP dan pertanyaanya adalah mampukah adopsi teknologi
motogp bersaing di World superbike ?
kita lihat saja,..
No comments:
Post a Comment